ayam

Kamis, 07 Maret 2013

Hasil Diskusi Kelompok 1



HASIL DISKUSI KELOMPOK 1 KONSEP BELAJAR MENGAJAR (OLEH KELOMPOK 2)
1.      Pertanyaan Mina : Pada faktor-faktor psikologis dalam belajar terdapat motivasi sebagai salah satu faktornya, yang ingin saya tanyakan motivasi seperti apa yang bagus untuk diterapkan seorang guru kepada siswanya agar mereka mau belajar dengan sungguh-sungguh bukan hanya satu atau dua hari saja mereka termotivasi tetapi motivasi yang berkelanjutan agar tercipta anak didik yang bukan hanya pintar tetapi juga cerdas dan kreatif.

Jawaban: Motivasi seorang guru bagi siswa dalam proses belajar mengajar memiliki peran penting. Motivasi berfungsi sebagai pendorong siswa dalam melakukan sesuatu, menggerakkan minat mereka, merangsang rasa ingin tahu mereka jauh lebih dalam lagi. Langkah pertama bagi seorang guru untuk memotivasi siswanya dalam belajar, adalah membuat siswa nyaman dulu dengan pelajaran yang akan dipelajari. Tanpa adanya rasa nyaman dengan pelajaran dan guru yang mengajar mustahil proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan kegairahan ingin tahu yang besar. Motivasi bisa dberikan oleh guru dalam awal kegiatan mengajar, sebelum masuk ke kegiatan inti mengajar. Seorang guru yang paling utama adalah membuat suasana kelas nyaman, sehingga para siswa bersemangat untuk belajar, misalnya dalam belajar membuat paragraf deskriftif siswa disuruh untuk mengobservasi taman sekolah terlebih dahulu selama lima belas menit, setelah melakukan observasi dengan kondisi taman sekolah barulah siswa disruh untuk membuat paragraph deskriftif yang menjelaskan taman sekolah. Pemberian reward juga penting kepada siswa sebagai bentuk apresiasi terhadapa pencapaian yang ia raih dalam proses belajar mengajar, selain untuk memberi semangat kepada siswa yang berprestasi. Pemberian reward juga bisa berfungsi sebagai motivasi bagi siswa yang lain untuk tidak mau kalah dengan temannya.

2.      Pertanyaan Rizky setiawan: "Pemahaman tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami."
Maksud dari memanfaatkan di sini bagaimana ya, Kakak?
Tolong jelaskan lagi ya, Kakak!

Jawaban: Pemahaman tidak hanya sekedar tahu, tapi menghendaki subjek agar belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami. Memanfaatkan pemahaman berarti mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari. Contoh; seseorang belajar tentag akuntansi di pelajaran ekonomi dan mempraktekan dalam kegiatan jual beli.

3.      "Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuan atau pemuasan biologis"
Maksud dari kata-kata itu bisa dijelaskan lah? Saya kurang paham di bagian itu? hehe makasih..

Jawaban: Proses stimulus dan respon hanya bersifat sementara itu maksudnya adalah proses stimulus dan respon tidak berlangsung terus-terusan namun harus selalu dberikan terus stimulus agar respon dapat terus terjaga.

4.      Pertanyaan Nike : Setelah membaca penjelasan kalian, ada sedikit pertanyaan yang ingin saya ajukan. Diantaranya ialah:
1. Kalian mengatakan bahwa hal terpenting dari belajar adalah pengalaman yang diperoleh bukannya nilai dari belajar tersebut. Bisakah kalian memberikan contoh konkret dari hal terpenting tersebut!
2. Paul Freire menyebutkan 2 model pendekatan yaitu pedagogy dan andragogy. Menurut kalian dari kedua model tersebut, manakah model yang paling tepat diterapkan seorang guru? Serta berikan alasannya!

Jawaban: (1) Dalam kegiatan belajar mengajar pengalaman dalam memperoleh pengetahuan itu seringkali  terasa lebih penting dibandingkan hasil proses belajar mengajar. Psoses pengalaman dalam menemukan ilmu pengetahuan membuat siswa belajar banyak hal bukan hanya tentang pelajaran itu tersendiri, seringkali dalam proses belajar kita mendapatkan banyak pengalaman seperti proses kerjasama dalam mempelajari pelajaran tertentu, bersosialisasi, dan bersikap, bukan hanya sekedar mendapatkan nilai tujuh atau sepuluh.
(2) Model pedagogy ataupun androgogy memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Namun, menurut kelompok kami metode pendagogy jauh lebih cocok untuk pembelajaran karena metode pembelajaran ini membiarkan siswa untuk bertidank aktif dalam proses belajar mengajar, siswa akan menjadi pusat perhatian sedangkan guru hanya sebagai media atau fasilatato yang menjembatani proses keingintahuan siswa dalam memperoleh belajar.

5.      Pertanyaan Syfa: Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidik dan peserta didiknya. Lantas, bagaimana menurut kalian jika adanya keterbatasan waktu dalam proses belajar mengajar, bagaimana cara kita sebagai "calon pendidik" untuk mengajar yang efektif dalam waktu pembelajaran yang tersedia terbatas sedangkan materi ajarnya banyak? Terima kasih. .

Jawaban: Keterbatasan waktu mengajar di dalam kelas dapat kita antisipasi dengan memberikan pelajaran tambahan seperti les setelah pulang sekolah.

6.      Pertanyaan Muklis: Saya mau bertanya,
“Pendidikan seharusnya membangun kesadaran kritis, dan mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan subversi terhadap sistem yang dominan.”
Berdasarkan kalimat diatas, apa yang dimaksud dengan resistensi dan subversi?
“Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.”
Apa maksud dari kalimat diatas? Mohon penjelasannya kawan-kawan!

Jawaban: Resistensi bisa berarti penolakan, sikap untuk bertahan, berusaha melawan, sedangkan suberversi berarti upaya untuk mempertahankan pendidikan tersebut. Teori sibernetik adalah teori belajar yang mengutamakan proses informasi. Teori sibernetik memiliki kemiripan dengan teori belajar kogintif yang lebih mementingkan proses dibandingkan hasil.

7.      Pertanyaan Hairunnisa: "bagi seorang behavioris, belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respons tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan"
kawan2 tolong berikan penjelasan pada kalimat diatas?

Jawaban: Teori behavioris mengutamakan stimulus dan respon. Menurut teori ini , belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku berdasarkan stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika ia telah mampu untuk menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.

8.       Pertanyaan Rusmaliana: Menurut Thomas F. Station, faktor psikologis dalam belajar itu ada enam,yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan atau pengulangan.
yang ingin saya tanyakan, bagaimana peran seorang guru membuat siswa berkonsentrasi dan bereaksi? berikan contohnya!

Jawaban: Peran guru dalam menciptakan konsentrasi dan reaksi adalah dengan menyediakan media yang mampu menarik perhatian siswa dalam proses belajar dan mengajar.

9.      Pertanyaan Muliani: Sifat dasar manusia adalah lupa. Begitu juga dengan siswa, lupa dengan pembelajaran yang telah mereka pelajari.
Menurut kalian bagaimana cara guru dalam melakukan pengulangan yang efektif agar siswa tidak mudah lupa dengan pelajaran mereka?

Jawaban: Melakukan pengulangan yang efektif dalam mengajar bisa kita lakukan saat akhir pelajaran dan dan awal pelajaran berikutnya.

10.  Pertanyaan Maulida: Pada tujuan belajar, kalian mengatakan seorang ahli pendidikan lebih mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi efesiensi belajar. Yang ingin saya tanyakan, menurut kalian metode dan kondisi yang bagaimana yang akan mempertinggi efesiensi belajar?

Jawaban: Metode yang cocok digunakan dalam efisiesni belajar dalah metode androgogy karena siswa menjadi aktif dalam proses mencari ilmu pengetahuan, sedangkan guru hanya berfungsi sebagai media yang menjembatani rasa haus siswa akan pelajaran.

11.  Pertanyaan Maulana: Bagi seorang penganut teori Gestalt, hakekat belajar adalah penemuan hubungan unsur-unsur di dalam ikatan keseluruhan.
dari teori tersebut, bisakah kawan-kawan menjelaskan sedikit maksud dari teori tersebut.

Jawaban: Hakikat belajar adalah proses penemuan hubungan unsur-unsur dalam ikatan keseluruhan. Menurut pemahaman kelompok kami, apa yang diungkapkan Gestalt  tersebut adalah setiap pelajaran memiliki hubungan yang terstruktur.

12.  Pertanyaan Ahyan: Pada bagian “a. pengertian belajar menurut Teori Behavioristik” paragraf ketiga terdapat pernyataan:
Ia (Walson) tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting.
Menurut kelompok, adakah ciri bahwa seorang siswa telah mengalami perubahan mental?

Jawaban: Perubahan mental siswa dapat kita lihat dari sikap siswa dalam belajar, karena sikap seoserang secara fisik pasti dipengaruhi oleh sikap secara mental. Ciri perubahan mental siswa adalah dengan berubahnya sikap ia (siswa) dalam kegiatan belajar.

13.  Pertanyaan Dina: Pada penjelasan "Menurut Thomdike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thomdike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit atau tidak kongkrit." Yang masing saya belum mengerti, bagaimana wujud kongkrit atau tidak kongkrit tersebut?

Jawaban: wujud kongkrit menurut Thomdike di sini adalah terjadinya perubahan sikap dari siswa dalam kegiatan belajar.

14.  "Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis"
Pertanyaan dari saya: seperti apa wujud instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis itu?
Mohon pencerahan jawaban dari kawan-kawan..

Jawaban: yang dimaksud dengan wujud instrument perubahan perilaku yang bersifat verbalitas adalah perubahan yang terjadi pada siswa dalam berbahasa. Maksudnya, setelah mengajar guru dapat mengukur pemahaman siswa dari cara berbicara siswa dan cara dia menyampaikan pendapat.

15.  Pertanyaan Lisa wulandari: Tujuan belajar dan kedudukannya dalam proses belajar mengajar, bolehkah sya meminta kalian memberikan penjelasan secara mudah mengenai dua hal tersebut?
Trmksih..

Jawaban: tujuan belajar dan kedudukannya dalam proses belajar mengajar, menurut kami kedudukannya sama penting karena tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana proses belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen komponen yg lainnya tidak digunakan. jadi tujuan dan proses belajar mengajar saling berkesinambungan untuk mencapai tujuan yg diharapkan.

Senin, 04 Maret 2013

Tujuan Pendidikan dan Pengajaran sebagai Dasar Motivasi


TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI DASAR MOTIVASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Interaksi Belajar Mengajar
Asuhan
Noor Cahaya, S.Pd., M.Pd.

Kelompok 1
·         Lisa Wulandari         A1B110036
·         Hairunnisa Fitriani   A1B110026
·         Zulfan Fauzi              A1B107034

unlam6


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa/subjek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar.
Dengan demikian, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari subjek belajar, sehingga tahu harus tahu kea rah mana kegiatan belajar-mengajar itu harus dibawa dan dilaksanakan.
Ada tiga alasan, tujuan pendidikan dan pengajaran itu perlu dirumuskan.
1.      Jika sesuatu pekerjaan atau tugas tidak disertai tujuan yang jelas dan benar, maka akan sulitlah untuk memilih atau merencanakan bahan dan strategiyang hendak ditempuh atau dicapai.
2.      Rumusan tujuan yang baik dan terinci akan mempermudah pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki dari subjek belajar.
3.      Perumusan tujuan yang benar akan memberikan pedoman bagi siswa atau subjek belajar dalam menyelesaikan materi dan kegiatan belajarnya.
Jadi, rumusan tujuan senantiasa merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam perencanaan, implementasi dan penilaian suatu program belajar-mengajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      bagaimanakah tujuan akhir dan tujuan intermedier sebagai dasar motivasi?
2.      bagaimanakah tujuan pengajaran?
C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan
1.      Tujuan akhir dan tujuan intermedier sebagai dasar motivasi.
2.      Tujuan pengajaran.




BAB II
ISI
TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI DASAR MOTIVASI
A.    Tujuan Akhir dan Tujuan Intermedier sebagai Dasar Motivasi
1.      Tujuan akhir sebagai dasar filosofis
Setiap cabang pendidikan dan pengajaran memiliki pedoman umum untuk menentukan tujuan dan hasil akhir. Pedoman itu akan cenderung bersifat filosofis dan politis karena tujuan itu ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang. Indonesia sendiri telah menerapkan dasar, tujuan dan system pendidikan nasional secara umum, yakni Pendidikan Nasional Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, pendidikan angkatan bersenjata, kejuruan dan sebagainya.
UU Pendidikan dan Pengajaran RI Sekretariat No. 4/1950 kemudian menjadi UU Pendidikan dan Pengajaran RI No.12/1954, pada Bab II pasal 3, Menyebutkan tentang tujuan Pendidikan dan Pengajaran :
“ tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah air”
Dari rumusan tersebut dijelaskan secara rinci, bahwa prinsip untuk membentuk manusia atau warga Negara kriterianya sebagai berikut :
a.       Susila :
berbudi luhur, tenggang rasa, takwa pada Tuhan YME, mempertinggi budi perkerti.
b.      Cakap :
Memiliki pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan dapat mengembangkan kreativitas.
c.       Sosial :
Sikap demokratis, mencintai sesama manusia, mempertebal semangat kebangsaan.
Dalam unsur demokratis akan didapat tiga prinsip, yakni ;
1.      Rasa hormat terhadap pribadi atau harkat sesama manusia;
2.      Kepercayaan bahwa setiap manusia bisa mempunyai pikiran;
3.      Kerelaan berbakti kepada kesejahtraan umum.
UU No.12 Tahun 1954, dipertegas lagi dalam rumusan Tap MPR Tahun 1973, dalam GBHN : “Pembangunan di bidang Pendidikan didasarkan atas falsafah Negara Pancasila. Kemudian disempurnakan dalam GBHN 1978 dan 1983.
Dalam GBHN 1983 dijelaskan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat keperibadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia adalah ingin membentuk manusia yang Pancasilais, yang ingin membentuk manusia-manusia pembangunan.
Adapun ciri-ciri manusia pembangunan:
a.       Takwa kepada Tuhan YME, sehat jasmani maupun rohani;
b.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
c.       Dapat mengembangkan kreativitas dan penuh tanggung jawab;
d.      Dapat menyuburkan sikap demokratis, penuh tenggang rasa dan saling hormat menghormati;
e.       Dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur dan susila;
f.       Memiliki semangat kebangsaan dan mencintai tanah airnya;
g.      Mencintai semua manusia dan selalu berusaha menggalang persatuan;
h.      Dapat membangun dirinya sendiri dan memperhatikan pembangunan masyarakat pada umumnya.
Ada yang menyebutkan tujuan pendidikan itu pada hakikatnya memanusiakan manusia, atau mengantarkan anak didik untuk dapat menemukan jati dirinya. Tujuan ini memiliki arti filosofis, bahwa memanusiakan manusia, berarti ingin menempatkan manusia-manusia Indonesia sesuai dengan proporsi dan hakikat kemanusiaannya. Agar manusia menemukan jati dirinya. Dengan menyadari dan memahami “siapa Dia”,” mengapa dia diadakan kedunia ini”dan “harus kemana nantinya”. Konsepsi seperti ini sangat penting sebagai landasan filosofis dan dasar motivasi untuk melakukan aktivitas belajar-mengajar. Sebab, manusia nelajar harus juga terarah pada pembentukan diri manusia agar dapat menemukan kemanusiaan dan menemukan jati dirinya sendiri.
Manusia yang mampu menemukan dirinya itulah sebenarnya yang dikatakan manusia yang utuh, manusia yang selaras, serasi dan seimbang, atau manusia pancasilais. Manusia yang seperti itulah yang diharapkan oleh seluruh bangsa Indonesia seperti dirumuskan dalam GBHN, yang merupakan manifestasi dari amanat pembukaan UUD 1945. Dalam konteks tujuan pendidikan atau pengajaran, terwujudnya manusia-manusia pembangunan itu adalah merupakan tujuan akhir.

2.      Tujuan intermedier  sebagai motivasi operasional
Untuk mencapai tujuan terbentuknya manusia-manusia yang mampu menemukan jati dirinya, manusia-manusia dengan ciri-ciri yang dikemukakan diatas, memerlukan kerja serius, efisien, sistematis dan materi atau komponen-komponen yang relevan. Diharapkan tujuan yang bersifat normatif, sangat umum dan luas itu, mendapat bentuk yang nyata. Secara umum disebut dengan kurikulum.
Kurikulum ini menjadi pedoman praktis dalam upaya melaksanakan tercapainya tujuan pengajaran. Berdasarkan kurikulum ada yang dikenal pedoman khusus, misalnya silabus, rencana pelajaran terurai, dan lain-lain. Guru harus dapat menafsirkan dengan tepat tujuan-tujuan itu ke dalam bahasa kejuruan. Cara untuk menggolongkan dari berbagai tujuan agar menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus dan konkrit dengan taksonomi merupakan suatu cara klasifikasi yang logis dan fungsional. Dikatakan logis dan fungsional maksudnya, tujuan-tujuan khusus itu akan menuju ke tujuan akhir. Dengan cara demikian, guru akan memperoleh serangkaian tujuan yang relative lebih mudah untuk dicapai.
Untuk mencapai tujuan akhir, atau tujuan secara umum ( misalnya di beri symbol T), diperlukan pencapaian tujuan yang lebih mudah atau khusus (misalnya di beri symbol  t1,t2,t3,t4,dan seterusnya). Tercapainya tujuan : t1,t2,t3,t4,dan seterusnya. Berarti akan tercapai tujuan umum atau akhir (T).
Tujuan t1,t2,t3,t4, dan seterusnya yang bersifat khusus atau konkrit itu disebut tujuan intermedier, tujuan terminal atau ada yang mengatakan tujuan sementara atau tujuan dekat. Tujuan intermedier (a) itu sebenarnya bersumber atau merupakan penjabaran dari tujuan akhir (A), dan berfungsi mempermudah bagi guru untuk mendekati realisasinya, baik itu yang dicapai secara bertingkat atau bertahap, bahkan mungkin secara serempak.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan dan pengajaran sebenarnya berjenjang atau bertingkat. Menurut rumusan secara formal ada beberapa jenjang tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a.       Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat nasional. Hasil pencapaiannya akan berwujud : warga Negara yang berkepribadian nasional yang bertakwa kepada Tuhan YME, bertanggung jawab atas kesejahtraan masyarakat, bangsa dan tanah air.
b.      Tujuan institusional
Yakni merupakan tujuan pendidikan yang ingindicapai pada tingkat lembaga pendidikan. Hasilnya berwujud tamatan sekolah SD, SMA/MA dan Perguruan Tinggi yang mampu melaksanakan bidang pekerjaan tertentu.
c.       Tujuan Kurikuler
Adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang studi-bidang studi. Hasinya berwujud bidang seperti studi Geografi, Sejarah, Matematika, dan lainnya.
d.      Tujuan Instruksional/Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Hasinya berupa terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan kemampuan teknologinya.
Dengan empat macam jenjang tujuan pendidkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan Instruksional/pengajaran akan senantiasa merupakan tujuan paling awal dan sekaligus merupakan dasar untuk mencapai jenjang tujuan berikutnya. Tercapainya tujuan instruksional dari setiap lembaga pendidikan, akhirnya akan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, sebagai tujuan akhir yang bersifat abstrak dan normatif.

B.     Tujan Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal dengan istilah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran inilah yang merupakan hasil belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar dibawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif.
Tujan Pembelajaran di bagi dua :
a.       Tujuan Instruksional / tujuan umum pengajaran (TUP) atau Tujuan Instruksional Umum (TIU)
b.      Tujuan Instruksional/ tujuan khusus pengajaran (TKP) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Ada beberapa rumusan mengenai TUP dan TIU :
1.      SK Menteri pendidikan dan kebudayaan  No.8/U/1975,TIU diartikan sebagai tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada program pengajaran suatu bidang pelajaran.
2.      Menurut Gene E.Hall dan Howarld L.Jones, TIU adalah pernyataan umum mengenai hasil suatu program pengajaran.
3.      Dick dan Carey ,TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia selesai mengikuti suatu pelajaran.
4.      Briggs, TIU adalah pernyataan umum mengenai tujuan akhirdari program pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan tujuan umum pengajaran/ pembelajaran itu adalah merupakan hasil belajar siswa setelah selesai belajar, dan dirumuskan dengan satu pernyataan yang bersifat umum.
Untuk membuktikan tercapai tidaknya tujuan umum pengajaran itu, dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang lebih khusus(TKP/TIK). Dengan demikian, yang dimaksud TPK/TIK merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum pengajaran. TPK/TIK ini lebih bersifat khusus dan konkrit, dalam arti dapat diukur atau dapat diamati hasilnya.
Untuk merumuskan TUP/TIU dan TKP/TIK dengan dua cara sebagai berikut.
1.                                   Menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan keumuman  untuk TIU, misalnya digunakan kata-kata : memahami, menghayati, menyadari, mengetahui dan sebagainya. Sedangkan, untuk TKP/TIK  Menggunakan kata-kata yang bersifat khusus atau dapat diamati misalnya: menyebutkan, menjelaskan, menerangkan,menunjukkan.
Contoh :
TUP/TIU : Agar siswa dapat memahami tentang jenis puisi.
TKP/TIK : Agar siswa dapat:
a.       Menyebutkan macam-macam jenis puisi
b.      Menerangkan ciri-ciri/sifat dari tiap jenis puisi.
2.                                   Menggunakan luas sempitnya materi. TUP/TIU dirumuskan dengan sasaran materi yang luas/umum, sedangkan TKP/TIK dirumuskan dengan materi yang merupakan penjabaran atau bagian-bagian dari materi yang ada pada TUP/TIU.
Contoh :
TUP/TIU : Agar siswa dapat menjelaskan tentang sejarah perlawanan Diponegoro.
TKP/TIK : Agar siswa dapat:
a.              Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perlawanan Diponegoro;
b.              Menyebutkan tahun berlangsungnya perang Diponegoro;
c.              Menjelaskan jalannya perang Diponegoro; dan
d.             Menjelaskan akibat-akibat terjadinya perang Diponegoro.



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
- Tujuan adalah suatu rumusan hasil yang diharapkan dari siswa setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar. Tujuan ini sangat penting karena merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar.
- Tujuan perlu dirumuskan untuk membantu mempermudah guru dalam mendesain program dan kegiatan pengajaran, mempermudah pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai yang diharapkan dan memberikan pedoman bagi siswa dalam menyelesaikan materi dan kegiatan belajar.
- Dalam tujuan pendidikan dan pengajaran dikenal adanya tujuan akhir dan tujuan intermedier yang dijadikan dasar motivasi.
- Tujuan akhir bersifat filosofis dan politis. Filosofis dan bersifat politis karena tujuan itu ditetapkan sebagai undang-undang dan peraturan.
- Tujuan intermedier relative bersifat operasional, karena akan menunjuk langkah-langkah yang dapat dikerjakan melalui suatu proses.
- Tujuan pendidikan itu berjenjang, yakni tujuan pendidikan Nasional, Institusional, Kurikuler dan Instruksional/pembelajaran.
- Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier yang paling langsung dalam kegiatan interaksi belajar mengajar di kelas.
-  Tujuan pembelajaran, ada tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.

B.     Saran
Bagi calon guru sangat penting mengetahui tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi. Melalui tujuan-tujuan tersebut, kita sebagai (calon) guru dapat memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar.



DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.