ayam

Kamis, 25 April 2013




A.    Tanggapan dari pertanyaan yang diajukan pada kelompok 5 “KEDUDUKAN GURU”

1.      Rahmi Nike Rosahin
A1B110035

Assalammualaikum. Wr. Wb
numpang tanya yaa...
1. Bagaimana cara kita sebagai calon guru mendidik dan mengajar anak untuk menjadi lebih baik lagi, tetapi dalam kenyataannya anak tersebut memang sulit sekali untuk dididik dan diajari?
2. Seorang guru dituntut untuk tampil sempurna, tapi guru juga manusia. Apa yang harus guru lakukan disaat ia sedang sakit maupun sedang mengalami suatu permasalahan, tapi harus sempurna dalam mengajar?
3. Tolong ya jelaskan lebih rinci mengenai prinsip-prinsip humanistik approach!

Terima Kasih Sebelumnya, ..
Tanggapan: 1) Cara untuk mendidik dan mengajar anak yang memang sulit dididik, seperti yang telah diungkapkan kelompok, yaitu dengan melakukan pendekatan dan mencari tahu lebih banyak lagi tentang siswa tersebut. Dengan melakukan pendekatan, guru akan mengetahui kendala atau masalah yang dihadapi siswa tersebut.Jika siswa tersebut sulit untuk didekati dan sulit untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya, guru dapat mencari tahu sendiri melalui teman-temannya, mencari tahu latar belakang siswa yang bersangkutan, dan bisa juga melalui informasi dari keluarga dan guru-guru lain. Jika guru sudah mengetahui masalah yang dihadapi siswa tersebut, baik melalui pendekatan maupun dari hasil mencari tahu, maka guru akan lebih mudah mencari cara yang tepat untuk mengajar siswa tersebut.
2) Guru dituntut tampil maksimal dalam mengajar dalam kondisi apapun. Ketika sakit, lihat dulu sakitnya parah atau tidak? Kalau itu parah dan hanya akan mengganggu PBM, maka sebaiknya guru tidak usah masuk. Namun, jika penyakitnya masih bisa diajak kompromi dan tidak terlalu berpengaruh, guru bisa mengatasinya dengan memilih model pembelajaran atau media yang dapat menutupi sakitnya. Sehingga siswapun tidak sadar kalau si guru sakit. Kalau guru sedang mengalami suatu permasalahan, tidak seharusnya guru mengajarnya menjadi tidak maksimal. Sebagai seorang guru pasti telah diajarkan untuk menjadi seorang yang professional, guru tidak boleh membawa-bawa masalah pribadinya ke dalam kelas. Ketika di dalam kelas, yang diingat guru seharusnya adalah masalah siswa  dan pembelajaran saja.
3) Secara umum humanistic approach(pendekatan humanistik) adalah pendekatan yang focus untuk memanusiakan manusia, membuat siswa menjadi pribadi yang mampu bertanggung jawab dan mandiri.
2.       
RIZKY SETIAWAN
Guru sebagai inisiator, yakni pencetus ide-ide.
Apa berarti guru itu menghegemoni siswanya?
Apa dapat disimpulkan ideologi yang dipegang guru akan dipegang siswanya pula?
Jika iya, bagaimana sebaiknya ideologi seorang guru itu?
Mohon pencerahannya.
Terimakasih!
Tanggapan: - dalam proses belajar mengajar, disadari atau tidak guru memiliki pengaruh dan memiliki kekuasaan (proses hegemoni). Tetapi pengaruh itu tentu pengaruh yang mengarah ke kebaikan. Guru sebagai inisiator tersebut memiliki arti kalau di dalam kelas, materi yang akan diajarkan dan model yang akan digunakan, rencana pembelajaran, itu guru yang memiliki inisiatif.
– tidak semua siswa  memiliki ideology yang sejalan dengan gurunya. Jika siswa yang kritis, dia akan mempertimbangkan ideology-ideologi yang berusaha ditanamkan gurunya. Siswa kritis tersebut akan memikirkan benar tidaknya, sesuai tidaknya ideology guru dengan apa yang dia pikirkan.
 – ideology seorang guru seharusnya merupakan ideology yang tidak bertentangan dengan budaya dan agama.

3.      Lisa Ariani
A1B110007

Saya ingin meminta penjelasan kalian tentang guru harus memiliki kemampuan profesional, Memiliki kapasitas intelektual, Memilki sifat edukasi sosial.
Coba kalian jelaskan dan berikan contohnya...
Makasih.
Tanggapan:
- Guru harus memiliki kemampuan professional, maksudnya guru harus mengajar sesuai dengan tugas profesinya, guru harus memahami dasar-dasar profesinya sebagai seorang pendidik. Guru juga harus menguasai setiap hal yang berkaitan dengan profesinya. Guru harus mengikuti perkembangan pendidikan agar tidak tertinggal dan yang diajarkan sesuai dengan perkembangan.
- Guru harus memiliki kapasitas intelektual, maksudnya jelas bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai pendidikan dan khususnya bidang yang sesuai dengan latar pendidikannya.
- Guru harus memiliki sifat edukasi sosial, maksudnya guru harus mendewasakan pihak yang belum dewasa (anak didik). Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberikan pengalaman-pengalaman dan pelajaran sosial.

4.      Rina Rahmawati A1B110002
“Guru di sekolah tidak hanya sebagai transmiter, tetapi juga sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.”
Tolong jelaskan beserta contoh mengenai peranan guru sebagai transformer dan katalisator itu seperti apa? Terimakasih.
Tanggapan:
- guru sebagai transformer dari nilai dan sikap maksudnya adalah guru sebagai pengubah nilai dan sikap. Guru menjadi pengubah sikap siswa dari sikap yang kurang positif menjadi ke arah yang positif.
- Sedangkan peranan guru sebagai katalisator adalah sebagai pembaharu. Guru berperan dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidak hanya intelektual saja, tetapi berbagai perubahan yang lain juga perlu. Misalnya perubahan moral, spiritual, sosial, kebiasaan, dan lain sebagainya.

B.     Menanggapi pernyataan "kedudukan guru mencerminkan profesionalitasnya, namun masih saja terdapat oknum guru yang menjadi "tim sukses" untuk Ujian Nasional anak didiknya." Kira-kira dalam hal ini siapa yang harus dibenahi?

Menurut kami, melihat keadaan Ujian Nasional yang semakin marut ini yang harus dibenahi adalah sistem Ujian Nasional itu sendiri. jika sekarang dengan ujian tertulis sudah tidak bisa mengukur kemampuan siswa, bagaimana jika melalui ujian lisan? Dengan ujian lisan, kemampuan siswa akan lebih mudah diukur dan pasti lebih objektif. Kecurangan dan hal-hal yang tidak diinginkan akan menjadi minim. Kalaupun ada kebocoran soal, siswa akan tetap mempersiapkan dirinya karena ujiannya secara lisan sehingga siswa harus menyiapkan diri secara maksimal.
Pemikiran guru dan staf sekolah juga harus dibenahi, karena selama ini pihak sekolah berpikir bahwa jika siswanya lulus 100% maka kualitas sekolah dan popularitas sekolah menjadi meningkat. Dengan pemikiran seperti itu, pihak sekolah menggunakan segala cara agar seluruh siswanya lulus. Jika sudah seperti itu, pihak sekolah lupa bahwa sebenarnya ujian itu sebagai menguji kemampuan siswa selama tiga tahun, yang mereka inginkan dari hasil ujian adalah kualitas sekolah.